Nutricell Lepas Ekspor Perdana ke Vietnam

[spb_text_block animation="none" animation_delay="0" simplified_controls="yes" custom_css_percentage="no" padding_vertical="0" padding_horizontal="0" margin_vertical="0" custom_css="margin-top: 0px;margin-bottom: 0px;" border_size="0" border_styling_global="default" width="1/1" el_position="first last"] Kontribusi ekspor kem- bali dilakukan oleh pelaku usaha di industri peter- nakan Indonesia. Kali[...]

14/12/2023/Artikel Umum/
[spb_text_block animation=”none” animation_delay=”0″ simplified_controls=”yes” custom_css_percentage=”no” padding_vertical=”0″ padding_horizontal=”0″ margin_vertical=”0″ custom_css=”margin-top: 0px;margin-bottom: 0px;” border_size=”0″ border_styling_global=”default” width=”1/1″ el_position=”first last”]

Kontribusi ekspor kem- bali dilakukan oleh pelaku usaha di industri peter- nakan Indonesia. Kali ini giliran PT Nutricell Pacific yang melakukan pelepasan ekspor perdana produk pre- miks miliknya dengan negara tujuan Vietnam, pada 6 Februari 2019 bertempat di pabrik premiks Nutricell, Taman Tekno BSD – Tangerang.

Total ekspor perdana ini adalah sebanyak 1 kontainer yang terdiri dari premiks untuk berbagai spesies, diantaranya unggas, ruminansia, udang, ikan, dan babi dengan nilai ekspor mencapai 177,8 USD atau senilai 2,5 miliar rupiah.

Pelepasan ekspor perdana Nutricell dihadiri dan diresmikan oleh Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan mewakili Dirjen Peternakan dan Keswan Kementerian Pertanian serta Ni Made Ria Isriyanthi, Kepala Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan Kementerian Pertanian.

Suaedi Sunanto, CEO PT Nutricell Pacific, menyampaikan bahwa sebagai langkah awal, Nutricell melakukan ekspor ke Vietnam. “Saya melihat market di Vietnam sangat dinamis,” ujarnya. Menurutnya, Vietnam memiliki pasar yang terbuka lebar. Dalam beberapa hal, Indonesia dan Vietnam memiliki kesamaan, antara lain konsumen yang lebih mengarah ke produksi massal (mass production) serta kondisi lingkungan dan iklim. “Jadi saya berpikir jika kita mampu berperan disini (Indonesia), kita juga bisa berperan disana (Vietnam),” lanjutnya.

Nutricell merupakan perusahaan obat hewan dan nutrisi ternak yang terus menerus mengembangkan produk inovatif untuk memberikan solusi bisnis peternakan dan perikanan menjadi lebih baik dan berkelanjutan. “Kami memposisikan diri di market industri obat hewan untuk berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan peternak, yaitu memberikan akses nutrisi dan kesehatan, baik secara nasional, regional, maupun global. Kompetensi yang kami miliki saat ini sudah ada di berbagai bidang,” terang Suaedi.

Ia menyebutkan, Nutricell terus memperkuat bidang usahanya, yakni dalam hal analytic, menyediakan laboratorium yang mumpuni untuk mendukung para pelanggan Nutricell, membangun network di regional maupun global untuk sourcing material, menerapkan desain dan manufacturing dengan baik sesuai dengan aturan yang ada. “Saat ini untuk desain dan manufacturing kita sudah memenuhi GMP (Good Manufacturing Practice) dan kita sedang proses untuk ISO 22000 untuk keamanan pangan,” tegas Suaedi.

Kegiatan ekspor perdana ini menjadi batu lompatan bagi Nutricell dengan harapan bisa membuka jalan untuk bisa masuk ke pasar yang lebih besar. Cita-cita Nutricell berikutnya, seperti yang disampaikan Suaedi, adalah bagaimana Nutricell juga mampu berperan dalam menyediakan produk nutrisi hewan dunia. “Saya lihat ada kompetensi penting dari bangsa Indonesia yang pertama adalah kemampuan kita dalam memproduksi harusnya cukup. Kita memiliki tenaga- tenaga ahli yang terampil. Kedua, kita memiliki sumber daya seperti suplementasi fatty acid yang bisa didapatkan dari kelapa sawit dan sangat berpotensi sebagai sumber lemak paling ekonomis untuk ruminansia dan essential oil yang bisa jadi unggulan kita kedepannya,” pungkas Suaedi.

Rachmat Pambudi, Guru Besar Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB), juga menyatakan kebanggaan bahwa Nutricell bisa turut berkontribusi terhadap negara. “Perusahaan ini sudah memiliki produk berskala internasional. Banyak dari mereka adalah generasi milenial yang mampu menghasilkan produk berkualitas karena ada kompetensi untuk menghasilkan, berdasarkan sumber daya yang mereka miliki. Sekarang Nutricell mampu mengekspor produk mereka ke luar negeri dan berkompetisi dengan produk lain,” tutur Rachmat Pambudi dalam sambutannya.

Tingkatkan Ekspor

Sementara itu, pemerintah selama ini turut mendukung pelaku usaha yang ingin melakukan ekspor. Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan mewakili Dirjen Peternakan dan Keswan, di dalam sambutannya menyebutkan bahwa pada kurun waktu 2015- 2018, nilai ekspor obat hewan sudah mencapai lebih dari 20 triliun rupiah.

“Dengan ekspor yang dilakukan oleh Nutricell, angkanya lebih menguat lagi. Nilai ekspor obat hewan harus meningkat setiap tahun tidak terlepas dari penjaminan mutu, khasiat, dan keamanan obat hewan tersebut, serta komitmen dan peran serta dari seluruh perusahaan obat hewan. Hari ini kita saksikan Nutricell sudah bisa berdaya saing,” jelas Fini.

Ia mengatakan, pemerintah berusaha memfasilitasi para pelaku usaha untuk mendorong produknya lebih terstandar secara internasional. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong ekspor adalah pemerintah telah menerapkan standar-standar, contohnya penerapan Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB) sebagai salah satu bentuk sistem pengawasan kualitas sejak produksi, sehingga dengan menerapkan standar ini akan diperoleh jaminan mutu obat hewan. Harapannya dapat meningkatkan daya saing obat hewan produksi dalam negeri.

Saat ini tercatat 95 produsen obat hewan di dalam negeri, beberapa diantaranya sudah tersertifikasi CPOHB. Sejumlah 75 perusahaan sudah tersertifikasi CPOHB dan 33 perusahaan merupakan eksportir obat hewan. “Yang harus kita lakukan kedepannya adalah meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Semoga ekspor perdana ini dapat menjadi pemacu bagi perusahaan-perusahaan lainnya dan bagi Nutricell sendiri untuk lebih meningkatkan volume dan nilai jualnya,” ujar Fini.

Sementara itu, Ni Made Ria Isriyanthi, Kepala Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan menyatakan peme- rintah aktif mendorong peningkatan ekspor dengan turut mengaudit kualitas produk maupun perusahaan secara keseluruhan yang akan melakukan ekspor. “Kami dari Direktorat Kesehatan Hewan (Dirkeswan) selalu melakukan pembinaan-pembinaan, pertemuan dengan para produsen terkait apa yang perlu kita bantu dan apa yang akan mereka kerjakan. Kami juga membantu dalam meningkatkan kualitas salah satunya dengan CPOHB. Dirkeswan bekerja sama dengan para pelaku usaha, kami bersinergi untuk melakukan kegiatan-kegiatan ekspor ini,” terang Ria.

Nutricell sendiri pada awal tahun 2016 telah memperoleh sertifikat CPOHB untuk produk premiks dan dilanjutkan pada akhir tahun 2018, Nutricell memperoleh sertifikat CPOHB untuk farmasetik. Dalam perjalanannya di industri obat hewan dan nutrisi ternak, Nutricell terus mengembangkan produk inovatif untuk memenuhi kebutuhan industri peternakan nasional, regional, dan global.

[/spb_text_block]

Share This to Your Platform!

Contact us

NUTRICELL Head Quarter

CIBIS NINE 12th Floor, Unit G1
Jl. TB Simatupang No. 2 JAKARTA 12560
INDONESIA
nutricell@nutricell.co.id
www.nutricell.co.id

At Nutricell,

we believe in creating a better world through science and innovation,
for our customers, our partners, and the planet